Senin, 09 Mei 2016
Filosofi dalam Fisika | Fisika itu Menyenangkan!
Fisika menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian orang, sebagian besar beranggapan bahwa ilmu ini tidak penting dan hanya menghabiskan waktu...
Patut disayangkan bahwa pendidikan sekarang terlalu banyak meminta siswanya untuk menghafal dan menghitung. Hal ini tentu membuat belajar menjadi sesuatu yang kurang menyenangkan untuk dilakukan apalagi untuk mengaplikasikan hasil belajar tersebut. Patut diketahui bahwa banyak murid sekarang tidak paham apa yang sebenarnya sedang mereka pelajari hari ini. Pendidikan filosofis menjadi kurang populer karena yang selalu ditekankan bukan pemahaman, tapi sebuah nilai atau akreditasi dari sekolah. Padahal, banyak hikmah yang bisa diambil dari pelajaran/peristiwa yang sehari-hari kita alami ini, berikut adalah beberapa hikmah di sekitar kita yang diajarkan melalui alam semesta ini.1. Mekanika Fluida
Sebagaimana kita ketahui, bahwa fluida, baik itu udara maupun air akan bergerak dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang rendah. Seperti gambar diatas, air mengalir dari bak penampungan ke kran yang ada di bawahnya. Hikmahnya adalah bahwa ilmu itu seperti fluida tersebut. Hendaknya ketika kita menuntut ilmu kita selalu memposisikan diri kita di bawah sang pemberi ilmu tersebut agar ilmu yang didapatkan lebih mudah untuk masuk ke dalam otak kita. Hal ini bukan dilakukkan secara harafiah ya, maksudnya adalah kita seharusnya TIDAK merasa selalu lebih pintar dari orang lain, bahkan sekalipun orang itu lebih muda atau lebih miskin dari kita. Kalau ada yang belum tahu, itu tadi juga merupakan definisi dari Sifat Sombong, yaitu Menolak Kebenaran dan Meremehkan orang lain. Sifat semacam ini berbahaya, selain kita akan dikucilkan oleh masyarakat
2. Asas Ketidakpastian Heisenberg
Nah, apa yang terjadi bila yang ingin kita lihat itu adalah sebuah benda yang sangat kecil seperti elektron?
Oke, dalam fisika kuantum, cahaya akan kita sebut foton, sebuah pembawa radiasi elektromagnetik dan elektron adalah partikel yang bermuatan negatif. Karena keduanya adalah benda yang amat kecil, dan kita perlu cahaya untuk melihat elektron, maka ketika kita menabrakkan foton ke elektron hal itu akan membuat posisi dari elektron berubah karena tabrakan tadi, jadi tidak mungkin kita bisa mengetahui dengan pasti dimana letaknya setelah cahaya itu masuk.
Hal ini juga sering terjadi dalam hidup kita. Ketika ada 2 orang sahabat kita yang sedang konflik, mereka mungkin akan saling membenci atau saling mencaci maki satu dengan yang lain. Tapi ketika kita datang? mungkin sifat dari salah satu rekan kita tadi akan berubah baik, dan terlihat bahwa dia itu tidak salah. Begitu pula ketika Kita mengunjungi rekan yang satunya lagi. Hal inilah yang menyebabkan keadaan menjadi tidak pasti, semua berubah ketika ada orang lain sebagai pengamat datang. Sebaiknya kita tidak cuma melihat dari satu sisi saja apabila ingin mengetahui keadaan sebenarnya dari 2 sahabat kita tadi.
3. Work atau Kerja
Yeah, ini adalah salah satu rumus yang paling mudah dalam fisika. w = f.sAtau bahasa mudahnya, kerja adalah besarnya gaya yang diperlukan untuk memindahkan benda dengan jarak S. Sangat mudah, bahkan mungkin hal ini sudah dipelajari dari kita SD atau maksimal SMP. Tapi, sudah berapa lama kita merenungkannya? Apakah hari ini sebenernya kita telah bekerja?
Jawabannya simple, dari semua Gaya yang sudah kita curahkan hari ini, seberapa besar perubahan yang kita alami? Berapa langkahkah Kita mendekati cita-cita kita hari ini? sebesar itulah kerja yang kita lakukkan.
Atau jangan-jangan kita selama ini menganggap tidur-tiduran sambil melihat handphone, lalu menonton TV adalah sebuah kerja? wkwkwk mari sama-sama bertaubat bersama saya bung!
Mungkin cukup sekian dulu, Insyaallah akan saya tambah setelah ini Oke?
Selamat bersenang senang! ingat FISIKA itu Menyenangkan! :)
Sabtu, 09 April 2016
Dibalik sebuah Kematian, Memandang melewati Batas
Pernahkah Terlintas dalam pemikiran kita, Apa yang sebenarnya ada di balik sebuah Batas?
Ah, Semua Manusia terlahir dalam sebuah batasan-batasan tertentu. Entah kita mau mengakuinya atau tidak, batas-batas itu memang ada. Sekarang kita buktikan dengan pemikiran.
Jawab dulu 4 pertanyaan yang di bold, baru membaca jawabannya.
1. Pandanglah ke Depan,
Seberapa jauh kita bisa melihat ke depan dengan jelas?Pandangan manusia sangat terbatas. walaupun dikatakan bahwa manusia sebenarnya bisa melihat sebuah nyala lilin dari jarak 48 km di malam yang gelap, tapi itu masih sangat rendah jangkauannya terutama karena kelengkungan bumi (horizon). Hanya beberapa orang yang beruntung diberangkatkan ke International Space Station(ISS) dan mampu melihat bumi ini dibalik horizon yang biasa kita lihat.
2. Coba ingat kembali ketika kita terakhir berenang.
Berapa Lama kita mampu menahan Nafas di bawah air?Rata-rata manusia tidak dapat menahan nafas lebih dari 30 detik. Tapi ada beberapa orang, yang bahkan mampu menahan Nafasnya selama lebih dari 11 menit 53 detik tanpa alat. Beliau adalah Stephane Mifsud. Jauh sekali kan dari manusia biasa?
3. Coba ingat kembali air yang kita minum
Berapa Lama kita bisa bertahan hidup tanpa minum air?Biasanya manusia akan mengalami dehidrasi berat setelah 3-5 hari hidup tanpa minum. Sangat sebentar sekali, hingga kita lupa sudah berapa belas tahun kita hidup tanpa dehidrasi tersebut. Walaupun begitu, ada pula beberapa orang yang mengaku sudah lama tidak makan atau minum selama beberapa tahun, tapi apakah kita termasuk orang-orang itu?
4. Coba ingat kembali berapa Saudara kita yang Telah mendahului kita?
Apa yang terjadi setelah Kita Meninggal?Wait, yang ini pertanyaannya paling berat...
Kami beri waktu lebih lama untuk pertanyaan ini
Hidden universe |
Bagi orang yang beragama, pasti akan mengatakan bahwa setelah mati, Kita akan bertemu Tuhanlah, Kita akan Menunggu kiamat atau kita akan reinkarnasi dan lain-lain.
Bagi orang yang dominan menggunakan logika, kemungkinan menjawab bahwa kita akan selesai, sudah tidak ada apa-apa lagi. atau mungkin menjawab bahwa kita akan menjadi energi yang tersebar di alam semesta.
Tidak ada opini yang salah, tapi untuk menjawab sebuah soal ujian, kita butuh lebih dari sekedar opini tanpa dasar.
Ini tidak seperti pertanyaan, "Apa yang terjadi kalau kita tidak bisa melihat lebih jauh?" yang tidak terlalu berpengaruh buat hidup kita. tetapi sayangnya pertanyaan keempat ini lebih mirip dengan "Apa yang terjadi kalau kita tidak bisa menahan nafas lagi?" atau "Apa yang terjadi kalau kita tidak minum lebih dari 5 hari?" Jawabannya adalah kita akan mati. sebuah hal yang buruk untuk diri kita bukan?
Ah, Batas ini memang batas yang paling rumit yang dihadapi manusia. Tapi, coba kita kembali ke 3 pertanyaan yang sudah dijawab di atas.
Tidakkah kita melihat sebuah korelasi dari 3 pertanyaan diatas?
Coba baca dan pikirkan lagi ketiganya.
Kalau Anda mencermatinya dengan baik, ada persamaan dari 3 jawaban pertanyaan diatas.
Ya! Ada orang yang bukannya mereka tidak memiliki batas, tapi mereka diberi batas yang lebih besar dan lebih luas dari kita! Para astronot dapat melihat lebih dari horizon kita pernah melihatnya, Stephane Mifsud dapat menahan nafasnya lebih panjang dari kita, dan ada beberapa orang di dunia yang sudah tidak makan atau minum lebih lama dari yang pernah kita lakukan. mereka hanyalah manusia biasa yang memiliki batas lebih dari kita.
Wait, Lantas apa hubungannya dengan pertanyaan nomor 4?
Ya, Berarti seharusnya ada orang yang memiliki batas lebih dari yang lain dalam hal ini!
Pernah dengar cerita dari orang yang pernah mati suri? atau mungkin pernah mendengar cerita dari para orang suci? mungkin mereka adalah orang yang diberikan batas yang lebih dalam hal ini.
Tapi akan timbul kontroversi apabila cerita orang yang pernah mati suri yang satu dengan yang lain berbeda. atau mungkin cerita dari orang suci yang satu dengan yang lain berbeda. Ada sebuah pertanyaan besar, Siapa yang seharusnya ceritanya dapat kita percaya?
Tentu kita harus mencari orang yang dapat dipercaya,
Tom Hanks yang mendapat gelar orang paling dapat dipercaya di amerika (menurut sebuah survei), sayangnya tidak pernah mati suri atau mengaku sebagai Nabi yang menyebarkan jawaban pertanyaan ini.
Orang yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan ini dalam sejarah manusia adalah orang yang bergelar Al-Aamin atau dapat dipercaya, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.
Beliau kita pilih karena kredibilitasnya yang masyur sebagai orang yang paling dapat dipercaya. bahkan dalam beberapa kisah, orang yang memusuhi ajarannya juga menitipkan barang kepadanya karena mereka masih percaya. wow.
Menurut Beliau, berdasarkan wahyu yang beliau terima dan tertulis di Al-Quran
Allah Ta’ala berfirman,Ya, Hidup itu bagaikan Ladang untuk Negeri setelah kematian. Apa yang selama ini kita tanam, hal itulah yang akan kita panen setelah meninggal. Apabila yang kita tanam itu baik, maka kebaikan yang akan dapat. Apabila yang kita tanam buruk, maka hal Buruk lah yang kita dapat. Begitupula bila kita tidak pernah menanam apapun, mungkin rumput liar lah yang akan kita panen.
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mu’minun: 115).
Allah Ta’ala berfirman,
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?” (QS. Al Qiyamah: 36).
Ah, Mungkin Cukup Sekian pembahasan nomor 4 ini.
Ada tujuan manusia ada di muka bumi ini,
apapun tujuan itu, batas yang selama ini membatasi kita adalah tanda yang pasti bahwa kita bukan lah makhluk yang tanpa batas.
Mungkin banyak dari ilmuwan kita yang bisa melihat lebih dari batas yang selama ini kita lihat, tapi siapa yang menjamin bahwa tidak ada batasan lain setelah itu? selalu ada batas.
selalu ada sesuatu yang membatasi, karena kita tidak selamanya berada di sini.
Mari Buat yang sebentar itu berarti. :)
Jumat, 01 April 2016
Buat Apa Menulis?
Ingat Gambar diatas?Ya, itu adalah cuplikan Gambar dari film 300, pernah tayang di TV jadi kemungkinan banyak yang sudah menonton.
Atau mungkin bagi penggemar musik, Cuplikan diatas yang juga jadi salah satu cover video clipnya Avanged Sevenfold (M.I.A). Pokoknya seharusnya sudah pada lihat lah film perang-perangan jaman romawi diatas.
Oke, Kita tidak akan membahas Film nya, kita akan membahas Sejarahnya.
Banyak yang berkata,
Sejarah ditulis oleh para Penulis!
Gue nggak salah kan?
Nggak harus menjadi Pemenang untuk menulis, bahkan siswa TK pun sudah bisa menulis sekarang, keren kan?
Lantas Mengapa kita yang sudah dewasa ini enggan menulis?
Lantas Mengapa kita yang sudah dewasa ini enggan menulis?
Berikut akan saya paparkan kenapa kita harus Menulis, apapun.
1. Mengabadikan Pikiran
Ya! Sering kan Kita Ngalamun nggak jelas? Tiba-tiba mikir gimana kalau kita besok jadi Presiden? Atau Kita jadi seorang super hero yang menyelamatkan seisi kota? Ayolah ngaku, kebanyakan kita pernah mengalaminya. Dan menurut riset dari pengalaman saya, hal itu hanyalah membuang-buang waktu karena kita mungkin sejam atau 2 jam kemudian lupa apa yang kita pikirkan tadi. padahal, siapa tahu kalau kedepan hal tersebut akan berguna buat kehidupan kita dan kita tidak perlu berfikir 2 kali lagi, iya kan?
Oh iya, Mimpi yang dituliskan juga lebih mudah untuk terlaksana Lho...
2. Lebih mudah diingat
Saya jadi ingat pesan dari Ali, RA
Pesan yang singkat tapi Indah. Pernah dipaksa waktu SD untuk nyatat materi pelajaran lalu nanti catatannya dikumpulkan kan? Ya, itulah salah satu cara guru menamkan kalau kita harus mencatat apa yang kita dapat di pelajaran. Walaupun sampai kuliah ini penulis juga jarang membuka lagi catatan dari jaman SD atau SMP, tapi bukankah kalau kita mengingat kembali masih ada sisa-sisa ingatan yang terpancar dari otak kita. berbeda dengan budaya copas atau copy file yang sekarang marak sekali dilakukan. menulis dengan tangan sangat berbeda dengan itu. COPAS itu sering nggak dibaca, terkadang kalau boleh jujur kita lebih meremeh kan bila kita hanya copas sesuatu itu, kayak di otak bilang "Alah, cuma kayak gini nanti juga bisa." yah, Budaya menulis memang harus disemarakkan kembali.“Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya”
3. Mungkin akan Menjadi Peninggalan Sejarah
Yang ini mungkin kurang masuk akal bagi sebagian orang, tapi bukankah ini mungkin?Apa orang-orang mesir kuno mengira kalau tulisan mereka akan ada sampai ribuan tahun kedepan?
Apa para penulis yunani dulu mengira bahwa banyak dari pemikiran mereka yang tertulis menjadi dasar pengetahuan hari ini?
Tidak ada yang menyangka hal itu akan terjadi, Begitu pula dengan hayalan atau mimpi dan ide yang selama ini melintas di pikiran kita selama ini, akankah itu menjadi hal yang bermanfaat di kemudian hari atau tidak.
Menulis adalah salah satu cara terbaik untuk mengabadikannya, dan biarkan sejarah yang menilainya.
4. Amal Jariyah yang tidak akan Putus
Entah mengapa ini adalah salah satu alasan terbesar alasan orang untuk menulis.“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)Ya, mungkin bagi orang yang seperti saya, yang hari ini belum menikah doa anak yang shaleh belum bisa terwujud. begitu pula dengan dengan sedekah jariyah, banyak orang yang sekarang tidak mampu bahkan untuk menebus biaya rumah sakit mereka. Cara terakhir yang paling Efektif untuk mendapatkan deposit amal jariyah adalah dengan menyebarkan ilmu yang bermanfaat. Catatan : Ilmu yang bermanfaat!
Dalam kasus ini menjadi berat karena yang pertama, kita harus meng-crosscheck apakah ilmu yang kita miliki itu benar atau tidak. jangan sampai kita malah menyebarkan informasi yang sesat ke masyarakat, nggak jadi dapat pahala Jariyah malah dapat dosa jariyah nanti.
yang kedua adalah kita juga harus berusaha untuk mengamalkan yang kita bagikan. yah, minimal sama-sama belajar untuk mengamalkannya lah, biar kita juga selamat.
Mungkin 4 alasan diatas cukup untuk mulai menulis hari ini. Yang terpenting juga adalah jangan menunda mengamalkan ilmu yang sudah bisa diamalkan detik itu juga. Termasuk ilmu yang kau dapat disini.
Selamat Menulis, semoga Allah mengabadikan kebaikan kita, aamiin.
LGBT dalam sebuah pemikiran
(Bendera LGBT) |
LGBT ?
Ya, LGBT yang ku maksud adalah sedang marak dibicarakan saat ini. Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender.
Sangat naif bila kita seolah menutup mata akan semua hal yang terjadi belakangan ini dan pura-pura tidak tahu. Dari semua media yang kita miliki, seperti Line, Facebook, Path, bahkan Instagram pasti ada saja yang mempromosikan persamaan Hak antara kaum LGBT dan kaum non-LGBT. Selain Banyak yang mempromosikan, pasti banyak juga yang menentang akan kehadiran LGBT tersebut di negeri ini.
Kita akan lihat contoh di bawah ini...
Mari kita lanjut dengan Pemikiran yang lain tentang kasus ini...
(Penolakan LGBT di Boyolali) |
Kalau boleh Jujur, Kasus LGBT ini memang rawan sekali di bias kan oleh siapapun. karena itu, Tema yang pasti harus ditentukan apabila ingin membahas masalah ini...
Menurut Pemikiran Saya, ada 2 Maslalah pokok dalam kasus LGBT ini
1. Hak untuk Menikah Sesama Jenis
(Gay Marriage) |
Setiap orang pasti ingin menikah, yap Menikah bisa disimbolkan sebagai babak baru dalam sebuah kisah cinta. tapi, bagaimana jika pasangannya itu dari jenis kelamin yang sama? Pasti urusannya akan berbeda/
Banyak Pihak yang membela Hak ini dan juga mengkampanyekan agar pernikahan sesama jenis dilegalkan di Indonesia. Mereka berdalil bahwa Cinta itu adalah kodrat dari Tuhan yang tidak bisa ditolak, selain itu seharusnya semua manusia berhak menikahi siapa saja yang dicintainya walaupun seluruh dunia menolakkan? (ciee).
Sedangkan Kaum penolak LGBT, lebih mendasari bahwa menikah sesama jenis adalah suatu perilaku yang berlawanan dengan kodrat manusia serta perintah dari Tuhan untuk tidak melakukan Homoseksual. Banyak dalil di kitab suci, kita ambil contoh di Al-Quran telah jelas membahas masalah ini, salah satunya kalau ingin melihatnya adalah di (Al-A’raf : 80-84)
“(80) Dan (Kami juga Telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia Berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?” (81)Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu Ini adalah kaum yang melampaui batas. (82). Jawab kaumnya tidak lain Hanya mengatakan: “Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri.” (83). Kemudian kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). (84). Dan kami turunkan kepada mereka hujan (batu); Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.”Dalam kasus ini, mari kita renungkan lagi tentang 2 prespektif diatas.
Mari merenung dengan gaya para aristoteles dulu merenung, dengan menanyakan beberapa pertanyaan ke diri kita.
Pertanyaan Pertama, Siapa sebenarnya Tuhan yang sedang kita Maksud diatas?
apakah Kita sudah mengenal Tuhan kita? Seberapa Kita mengenal Tuhan yang kita sebut itu? atau jangan-jangan kita memang sedang mengada-ada tentang Tuhan untuk membenarkan prespektif kita?
ah, biarlah tiap individu menjawab pertanyaan ini dalam benaknya masing-masing, bukankah prespektif kita belum tentu sama saat memandang masalah diatas?
Pertanyaan Kedua, Apa Benar Hak kaum LGBT ini adalah Hak yang harus diterima di Indonesia?
Kelompok LGBT di bawah payung “Hak Asasi Manusia” meminta masyrakat dan Negara untuk mengakui keberadaan komunitas ini; bila kita melihat dari Konstitusi Indonesia yakni Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 J yang menyatakan sebagai berikut :
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Ah, Negeri ini memang negeri Pancasila. Bukan Negeri Liberal yang tiap individunya berhak bebas selama tidak mengganggu warga lainnya. Dalam Kasus ini, dijabarkan dalam konstitusi bahwa Hak manusia memang ada Batasnya. Ya, Batas! Sebagaimana Kewajiban kita yang juga Terbatas, Hak kita pun juga terbatas. Dan memang, Menurut Prespektif penulis, alangkah baiknya bila kita belajar lagi tentang hal ini. Tidak ada yang ingin negeri ini menjadi Liberal, sebagaimana tidak inginnya negeri ini Menjadi Komunis. Kita sudah Pas, ada di Tengah, selain itu nilai-nilai Agama juga tidak ada yang membolehkan perilaku pernikahan sejenis ini kan? Lalu, Sebenarnya Apa yang sedang kalian Cari dari pernikahan Sejenis tadi bila illahi tak merestui ?
Jadi, Karena berlawanan dengan Agama, Moral dan juga konstitusi, dalam kasus ini sepertinya penggiat LGBT tidak akan boleh melegalkan pernikahannya di Negeri ini. Tapi, Buat para kaum penolak pernikahan sejenis jangan senang dan arogan dulu. Bukankah menghina, merendahkan dan juga mengolok-olok hanya akan membuat seseorang menjadi semakin jauh dari kebenaran yang kau perjuangkan?
2. Hak untuk Diakui
Siapa yang tidak ingin Diakui?
Siapa yang tidak ingin kehadirannya diharapkan dan ketika menghilang dicari?
Ah, Aku pikir semua orang ingin mendapatkan pengakuan di masyarakat, baik dengan cara baik-baik atau dengan cara yang tidak.
Tidakkah kita sadari, Banyak orang mencari pengakuan tapi tidak mendapatkannya di masyarakat hanya karena mereka berbeda dari yang diharapkan masyarakat?
Pernah lihat di kampung kita, ada yang menjadi Dokter, engineer, tapi ada juga yang menjadi seorang berandalan, orang yang sering mencoret-coret tembok dengan namanya dll?
Sebenarnya, menurut prespektif penulis, mereka berdua sedang mencari sebuah pengakuan.
Hanya karena bakat mereka berdua berbeda, yang satu menjadi seperti terlihat lebih rendah dari yang lain.
Yah, itulah salah satu ironi dalam masyarakat saat ini.
Kembali ke Topik, terlepas dari perdebatan dan beda pendapat apakah LGBT adalah sebuah Penyakit atau Sebuah Ketentuan dari Tuhan, Kebaikan adalah hal yang universal. Bila memang hal yang kita bawa itu baik, bukankah orang akan menerimanya bila kita memperlakukannya dengan baik juga?
Bukankah kekerasan akan semakin menjauhkan, dan menambah masalah menjadi lebih mengerikan?
Aku teringat dengan perkataan orang paling berpengaruh di muka bumi ini,
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)Kata-Kata yang singkat, namun kaya akan makna. Kita, diminta untuk menjaga mulut kita dari hal-hal yang buruk yang akan keluar darinya. Siapa yang akan merasakannya? Tentu adalah orang di sekelilingnya! karena itu, penulis sangat menyayangkan perkataan kotor, ataupun tuduhan-tuduhan tidak berdasar yang terkadang diucapkan kedua belah pihak dalam menghadapi masalah ini, hal tersebut hanya menambah orang yang tersakiti pada keduanya dan membuat jauh antar keduanya.
Terakhir,
Penulis sendiri bukan seorang LGBT, atau orang yang ahli dalam ilmu agama dan hukum. karena itu, prespektif dari saudara sangat kami harapkan untuk pandangan kami yang lebih luas selanjutnya...
"Masalah yang Mudah, hanya muncul dalam Soal Ujian.
Masalah sebenarnya adalah yang selalu muncul di kehidupan kita
Yang Kita tidak akan cukup hanya memandangnya menggunakan mata kita saja"